Lakon
JANGAN
MENANGIS INDONESIA
karya: PUTU WIJAYA
kenangan buat Harry Roesly
pementasan
harus seizin Teater Mandiri, Jakarta: Astya Puri 2/A9, Jl. Kertamuktimukti
Cirendeu, Jakarta Selatan 15417 – 021 7444678 – teatermandiri@hotmail.com
___________________________________________________________________
SATU
GEMELETUK
SUARA AIR TERUS-MENERUS KETIKA PENONTON MULAI MEMASUKI TEMPAT TONTONAN
BERLANGSUNG. SEBUAH LAYAR RAKSASA TERBENTANG.. SAAT PERTUNJUKAN HENDAK MULAI,
TERDENGAR SUARA KENTUNGAN. DIJAWAB OLEH SUARA KENTUNGAN YANG LAIN DI KEJAUHAN.
LAMPU SEMUANYA PADAM. TERDENGAR SUARA DALANG MEMBERIKAN PROLOG SEPERTI
MENGELUARKAN MANTRA
DALANG (Digumamkan Dengan Tembang)
Berbagai hal
beruntun menerpa tak putus-putus. Krisis ekonomi, suhu politik meninggi,
huru-hara, teror bom, tsunami, gempa bumi, sar, flue burung, demam berdarah,
kebejatan moral, narkoba, judi, korupsi, ketidakberdayaan hukum, kebejatan para
pemimpin, kasus-kasus yang mencederai
hak azasi manusia. Risau, bingung, was-was, semua mendambakan kehidupan yang lebih baik. Tangan
gelagapan berpegangan mencoba bertahan agar
tak terjadi kebangkrutan apalagi kemusnahan. Tapi di celah yang kecil,
masih terlihat, terdengar dan terasa sebuah harapan apabila kita bersedia untuk
menerima, belajar, ngeh, kemudian membalikkan kekalahan menjadi kemenangan
masih ada sebuah janji
SUARA KENTUNGAN
KEMBALI UNTUK TERAKHIR KALINYA DISUSUL OLEH SUARA LOLONG ANJING PANJANG. DI
UJUNG LOLONG ITU SESEORANG MELEMPAR BATU. ANJING MELENGKING KESAKITAN.
TERDENGAR SUARA-SUARA MEMAKI. LALU SUARA ORANG BANYAK RIUH RENDAH. SEPERTI ADA
KERIBUTAN. KEMUDIAN SEPERTI SUARA RAMAI DALAM PASAR. BERAKHIR DENGAN KILAT DAN
KEMUDIAN LANGIT MENGERAM. LALU SUARA HUJAN SERTA ANGIN. LAMPU ULTRA DI DEPAN LAYAR PUTIH RAKSASA MENYALA.
LAYAR
BERGERAK-GERAK BAGAIKAN OMBAK DI LAUT YANG BERGELORA. TIBA-TIBA TERDENGAR
DENTUMAN. LAMPU ULTRA PADAM. LAMPU DI BELAKANG LAYAR MENYALA WARNA MERAH. DI
LAYAR NAMPAK BAYANGAN MANUSIA-MANUSIA KECIL MENCOBA MENGANGKAT LANGIT YANG
HENDAK RUNTUH. SUARA MUSIK MENGERAM-NGERAM. LAYAR BERGETAR BERGELORA.
MANUSIA-MANUSIA BERJUANG BERUSAHA MENGANGKAT BEBAN YANG SULIT SEKALI DI ATASI.
BAYANGAN ITU OVERLAP DENGAN BAYANGAN DUA ORANG YANG LEBIH BESAR LAGI MENCOBA
MENGANGKAT BEBAN. KEMUDIAN DITIMPA LAGI OLEH BAYANGAN WAYANG RAKSASA YANG
MEMBUAT PERJUANGAN ITU TERUS GAGAL.
DUA ORANG
TERDENGAR BERTERIAK-TERIAK MEMBERIKAN KOMANDO , LALU MUNCUL DENGAN PECUTNYA DAN
MEMUKULI LAYAR. YANG SATU JENDRAL, YANG LAIN AJUDANNYA. KEDUANYA MELONTARKAN
DIALOG YANG SAMA. TAPI AJUDANNYA LEBIH LIRIH DAN DITUJUKAN KEPADA BAYANGAN DI
LAYAR, JENDRAL LEBIH SEPERTI MEMBERIKANN KOMANDO KEPADA PASUKANNYA, MENGAWASI
KE ADAAN DAN BICARA KEPADA PENONTON.
JENDRAL:
Brengsek!
Konyol! Pemalas! Bodo kebo! Dasar pribumi! Gelo sia!
(Berlari mendekati layar sambil memukul dengan
pecutnya)
Begitu saja
tidak becus! Mengangkat kardus seperti mengangkat langit. Semprul! Ayo
jangan digondeli. Kerja bukan cari
untung! Angkat! Dasar budak! Gotongroyong! Maunya kok menelan. Dasar kemaruk!
Otak udang! Angkat bangsat! Kuntilanak.
(Memaki-maki kotor. Kepada penonton)
Lihat
sendiri ini negeri kacau. Manusia-manusia tidak memenuhi syarat. Begini mau
merdeka? Berdiri saja tidak bisa. Ini mau mendirikan negara Tahi kerbau! Nggak
usah merdeka, belajar jadi budak dulu!
BERBALIK
LALU MEMBANTU AJUDANNYA MEMUKUL LAYAR. BAYANG-BAYANG DI BALIK LAYAR BERJATUHAN.
TAPI KEMUDIAN MUNCUL BAYANGAN WAYANG SOSOK RAKSASA. JENDRAL DAN AJUDANNYA
TERKEJUT, TAKUT LANGSUNG MENYEMBAH
JENDRAL:
Aduh, ampun.
Baik-baik Paman. Baik Paman. Aku tidak ikut campur lagi. Aku kan hanya mau
mendidik supaya mereka bisa bekerja. Aduh. Ampun. Aku kagak mau kualat sama
Paman! Ya biarin deh dia merdeka dulu, nanti gua kerjain lagi.
( Wayang menghajar. Jendral dan ajudan berjatuhan)
Aduh! Ampun!
(Wayang terus melabrak. (jendral dan ajudannya lari
sambil misuh-misuh)
Gimana sih
udah minta ampun masih disikat. Aduh! Lari! Awas lhu brengsek!
AJUDAN
JENDRAL KETINGGALAN
AJUDAN:
Ampun! Bukan
saya! Saya hanya menjalankan perintah atasan!
(Digebuk)
sudah minta
ampun kok digebukin juga!
(Lari Sambil Berteriak Histeris)
Tolongggg
TERDENGAR SUARA DENTUMAN. LAMPU DI BELAKANG
LAYAR PADAM. DI BAGIAN KIRI LAYAR NAMPAK SLIDE TENGKORAK-TENGKORAK BERJAJAR. DI
TENGAHNYA BAYANG-BAYANG WAYANG RAKSASA SEDANG MENGAWASI BUMI YANG SUDAH
DIOBRAK-ABRIKNYA
DI SEBELAH KANAN
LAYAR TERLIHAT SLIDE MATA YANG MENETESKAN AIR.
KEMUDIAN LATAR HITAM DENGAN GORESAN TULISAN: JANGAN MENANGIS INDONESIA.
KEMBALI KE MATA DAN BAYANgp-BAYANG TANGAN YANG MENGUSAP MATA ITU.
DUA
TERDENGAR DENGUS
NAFAS ORANG YANG TIDUR. SLIDE JANGAN MENANGIS INDONESIA BERGANTI DENGAN GAMBAR MATA YANG MENANGIS.
LALU ADA BAYANGAN TANGAN YANG MENGUSAP AIR MATA ITU. LALU SILHUET WAJAH
SESEORANG YANG SEDANG MEMIKIRKAN SESUATU DI TEMPAT TIDURNYA.
SESEORANG:
Setiap menjelang
tujuh belas Agustus (bisa diganti) aku selalu teringat kepada seorang pemuda
yang dengan gagah berdiri di depan penjabat-pejabat Jepang. Tanpa memegang
secaraik kertas, ia berbicara langsung menjelaskan apa yang ditanyakan oleh
para pejabat itu, yang tidak bisa dijawab oleh pembicara-pembicara sebelumnya.
Ia menjelaskan bahwa negeri yang dihuni oleh 70 juta jiwa ini, dengan segala
perbedaannya dalam banyak hal. Berbeda agama, berbeda suku bangsa, bahasa, adat-istiadat
dan kebiasaan, namun bisa hidup berdamping sebagai saudara. Negeri ini tidak
memerlukan persiapan yang tuntas untuk mewudjudkan cita-citanya, karena kalau
menunggu sampai siap, tidak akan pernah menjadi kenyataan. Kita hanya
memerlukan sebuah jembatan emas yang memberikan sebuah ruang berpikir dan
bergerak yang bebas. Kita memerlukan sebuah kebebasan politik. Sebuah
kemerdekaan!
DI SEBELAH KANAN
PANGGUNG TERANG. NAMPAK BUNG KARNO DENGAN PICI DAN PAKAIAN PUTIH-PUTIH
BERPIDATO. TOKOH INI DIMAINKAN OLEH DALANG
SOEKARNO (Cuplikan Pidato Lahirnya Panca Sila )
….. Saudara-saudara Dasar-dasar Negara telah saya
usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak
tepat di sini. Dharma berarti kewajiban sedangkan kita membicarakan dasar. Saya
senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Jari
kita Lima setangan. Lkita m,empunyai Panca Indera. Apalagi yang lima
bilangannya?
SESEORANG:
Pandawa Lima
SOEKARNO:
Pendawa pun lima
orangnya. Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan. Internasionalisme, mufakagt,
kesejahteraan dan ketuhanan, lima pula bilan gannya.
Namanya bukan
Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petrunjuk seorang teman
Kita ahli bahasa –
namanya ialah Pancasila. Sila artrinya azas atau dasar, dan di atas kelima
dasar itulah kita mendirikan Neghara Indonesia, kekal dan abadi
(Tepuk Tangan Seru)
Di dalam Indonesia
mereke itu perjuangan kita harus berjalan terus, hanya lain coraknya. Nanti
kita, bersama-sama, sebagai bangsa yang bersatu-padum, berjuang terus
menyelenggarakan apa yang kita
cita-citakan di dalam Pancasila. Dan terutama di dalam zaman peperangan ini,
yakinlah, insyaflah, tanamkanlah dalam kalbu saudara-saudara, bahwa Indoneisa Merdeka
tidak dapat datang jika bangsa Indonesia
tidak berani mengambil resiko, - tidak berani terjun menyelami mutiara di dalam
samudera yang sedalam-dalamnya. Jikalau bangsa Indonesia tidak bersatyu dan
tidak menekad-mati-matian untuk mencapai merdeka, tidaklah kemerdekaan
Indonesia itu akan menjadi milik bangsa Indonesia buat selama-lamanya, sampai
ke akahir zaman! Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa, yang
jiwanya berkobar-kobar dengan tekad “Merdeka”, - merdeka atau mati!
TEPUK TANGAN RIUH
SESEORANG:
Pemuda itu
mewariskan Panca Sila yang kemudian dipakukan oleh Muhammad Yamin dalam sebuah
perisai yang digantung di leher seekor burung garuda yang juga gagah
perkasa.
(Slide Lambang Negara Garuda Panca Sila)
Kedua kaki
burung garuda itu mencengkeram sebuah pita yang berisi pandangan hidup yang
sampai sekarang kita pakai sebagai senjata untuk hidup dalam persaudaraan di
dalam segala perbedaan. Tetapi aku selalu heran. Mengapa burung garuda itu
selalu menengok ke kanan. Kenapa ia tidak pernah mengok ke kiri. Apa karena Ki
Dalang selalu mengeluarkan pahlawan-pahlawan pembela keadilan dan kebenaran
dari kanan. Karena kanan tempat para Pandawa yang akan meluruskan segala
kejahatan yang diperbuat oleh Korawa di sebelah kiri. Apakah kebenaran,
keadilan dan kemenangan itu harus mutlak datang dari kanan. Tak mungkinkah
kebenaran akan datang dari sebelah kiri?
DI SEBELAH
KANAN MUNCUL KI DALANG, MEMEGANG DUA BUAH WAYANG BESAR, LANGSUNG MEMOTONG.
DALANG:
Mungkin
saja! Siapa bilang kebenaran tidak bisa datang dari kiri. Tetapi bukan saja
dari kiri, dari tengah, dari belakang, dari atas dan dari bawah juga bisa. Yang
namanya kebenaran, darimana pun datangnya, dari pantat kambing juga tetap saja
bernama kebenaran.
SESEORANG:
Jadi dari
kiri juga bisa?
DALANG:
Siapa bilang
tidak! Bisa saja! Apalagi karena aku dalang kidal. Tangan kanan buatku bukan
tangan kebenaran dan tangan keadilan, tapi tangan tambahan untuk ngorek-ngorek
upil dan cebok. Yang utama itu tangan kiri. Kalau aku keluarkan para kesatria
pembela kebenaran dari kanan, belum apa-apa dia sudah dibetot oleh wayang yang
datang dari tangan kiri.
(Memainkan Wayang. Nampak Bayangannya Di Layar)
Aku
paksa-paksain juga supaya yang kanan menang, tapi sampai tanganku patah kalah
juga akhirnya. Sampai-sampai aku terpaksa nyogok dan pakai tangan orang lain,
baru menang. Kalau terus-terusan begitu aku bisa bangkrut. Makanya aku jadi
nekat. Mengikuti kodratku sebatgai dalang kidal, akhirnya aku keluarkan para
pahlawan kebenaran dan keadilan dari kiri. Waduh, begitu muncul raksasa dari
kanan, langsung aku betot, aku gebrak, aku tendang semuanya tunggang langgang
masuk neraka.
(Memainkan Wayang Menghajar Wayang Dari Kanan Lalu
Ketawa)
Tapi apa
lacur, meskipun para ksatria pembela kebenaranku menang, para penonton yang
sudah dicekoki bahwa kebenaran itu ada dan datang dari kanan, marah. Mereka
ngamuk. Kiri tidak boleh menang. Aku kontan diberangus!
DARI JENDELA
LAYAR MUNCUL DUA ORANG BERTOPENG DAN MENYERGAP DALANG
DALANG:
Ampun!
Ampun!
JENDRAL DAN
AJUDANNYA DATANG SAMBIL BERTERIAK-TERIAK. DIALOGNYA SAMA SAJA DENGAN APA YANG
SEBELUMNYA DIUCAPKAN. MEREKA BERUSAHA MEMBANTU DALANG LEPAS DARI CENGKERAMAN
PENONTON YANG NGAMUK ITU. TERDENGAR SUARA TERIAKAN.
SUARA:
Indonesia!
Indonesia!
(Ki dalang berhasil dilepaskan dan jatuh. Jendral dan
ajudannya menarik ki dalang pergi. Orang bertopeng menutup jendela layar)
Indonesia!
ORANG YANG
TADI BICARA DALAM TIDURNYA ITU TERBANGUN. NAMPAK BAYANGANNYA DI LAYAR.
SESEORANG:
Siapa itu?
(Bergerak Menghampiri Layar)
Siapa itu?
(Memandang Ke Sekeliling)
Siapa itu?
DALANG
BERGANTI PERAN DAN MEMAINKAN PERAN HANSIP PENJAGA MALAM
HANSIP:
Nggak ada
siapa-sapa, Pak.
SESEORANG:
Tapi tadi
ada yang berteriak memanggil kok.
HANSIP:
Nggak ada.
SESEORANG:
Masak. Keras
sekali kok. Indonesia! Indonesia! Begitu. Siapa itu?
HANSIP:
Anggak ada.
SESEORANG:
Masak nggak
ada
HANSIP:
Nggak ada.
SESEORANG:
Kalau nggak
ada kenapa aku dengar Indonesia, Indonesia! Begitu?
HANSIP:
Panjenengan
pasti ngelindur.
SESEORANG:
Nggak
mungkin. Berteriak kok. Jelas banget.
DALANG:
Bapak aja
kali yang over sensitif
SESEORANG;
Jadi nggak
ada?
DALANG:
Ya nggak
ada. Masak sih ada orang bengok-bengok tengah malam begini. Orang gila juga
perlu tidur. Yang bener aja, ngapain manggil-manggil hari gini, enakan juga
kelonan sama istri.
SESEORANG:
Aneh. Aku
dengar jelas-sekali. Indonesia! Indonesia! Masak nggak ada. Mana mungkin aku
bisa mendengar kalau tak ada yang manggil
DALANG:
Makanya
nggak ada.
SESEORANG:
Aneh kok aku
bisa denger kalau nggak ada manggil. Nanti aku yang manggil nggak ada yang
dengar. Nggak ada ya?
DALANG:
Nggak ada!
Kok keras kepala juga!
SESEORANG:
Aneh.
Semuanya serba aneh sekarang. Mendengar tapi tidak ada yang manggil. Nanti aku
manggil tidak ada yang dengar. Serba terbalik-balik semuanya sekarang. Sudah
gila semuanya. Nggak ada lagi yang bisa dipercaya. Putar balik semua. Bingung
aku kalau begini. Macem-macem aja.
DUDUK LAGI
DI TEMPATNYA
TIGA
DI SEBELAH
KANAN PANGGUNG BERDIRI SESEORANG. DALANG SEKARANG SUDAH GANTI PERAN MENJADI
MUNIR.
MUNIR:
Pak! Pak!
Aku yang sudah memanggil Bapak.
SESEORANG (terkejut dan berdiri lalu menoleh ke layar.
Di layar nampak slide gambar munir. Ia terpesona tak percaya)
Kamu?
MUNIR:
Ya aku.
SESEORANG:
Kenapa kamu
memanggil aku malam-malam begini?
MUNIR:
Habis aku
gerah Pak. Di mana-mana ada ketidakadilan. Di mana-mana berserakan
ketidakbenaran. Di mana-mahna rakyat ditindas semena-mena. Penguasa sudah
merajalela, menindas rakyat yang memiliki negeri ini. Harusnya mereka menjadi
abdi, tapi malah mereka yang kenyang sendiri, memperbudak dan menjahanami
rakyat. Di mana letak kebenaran. Di mana letak demokrasi. Mana itu kerakyatan
dan keadilan sosial serta peri kemanusiaan yang digembar-gemborkan.
SESEORANG:
Jadi kamu
mau protes?
MUNIR:
Protes
sekaligus memberitahukan bahwa sekarang bukan waktunya tidur. Semua orang harus
bangun dan melihat segala kecurangan, ketimpangan dan penyalahgunaan kekuasaan
ini. Tidak boleh ada dispensasi. Rakyat sudah terlalu menderita, nanti mereka
bisa melawan bersama seperti Korawa dan Pandawa dalam Perang Bharatayudha..
SESEORANG:
Tapi semua orang juga bilang sudah begitu.
Tapi semua orang juga bilang sudah begitu.
MUNIR:
Memang harus
diteriakan terus. Terus tidak boleh berhenti! Justru ketika tidak ada harapan
lagi, kita harus terus berjuang melawan kebathilan! Kita harus terus
mengobarkan perlawanan anti kepada korupsi yang sekarang sudah diterima sebagai
budaya, sebagai kiat, bahkan diajarkan bagaimana cara melakukan korupsi sebagai
pengetahuan. Kita harus melawan penyalahgunaan kekuasaan. Kita harus melawan
kecurangan, bencana alam, demam berdarah, busung lapar, Money politik,
kemerosotan pendidikan, kehancuran rohani, kebangkrutan pada kebangsaan dan
solidaritas. Kita harus menghentikan perbuatan sewenang-wenang yang kebablasan
mau merdeka seenak perut sendiri.
SESEORANG:
Aku kira
kita semua setuju melakukan itu.
MUNIR:
Tidak boleh
hanya setuju, harus ikut menyerbu! Bersuara dan melawan! Semuanya harus menyerang.. Kita harus
berkomplot menjadi kekuatan raksasa untuk menaklukkan ketidakadilan.
Kemanusiaan sudah rendah sekali martabatnya di negeri ini. Nyawa manusia
terlalu murah. Kita sudah bangkrut sebagai mahluk beradab. Para pemimpin tidak
bisa dipercayai. Para intelektual berkhianat. Semua oprang mencari enak
perutnya sendiri. Hukum sudah kalah.
Pembunuhan spiritual setiap hari berlangsung dengan keji. Pendidikan merosot.
Anak-anak memble, kena narkoba dan keblinger. Negeri ini dalam keadaan kritis.
Tolong!
SESEORANG:
Jadi kamu
memanggilku untuk mengatakan itu?
MUNIR:
Ya. Tapi itu
30 tahun yang lalu.
SESEORANG:
Apa?
MUNIR:
Aku
memanggilmu 30 tahun yang lalu! Kenapa kamu baru mendengar dan membuka pintu
setelah aku dibunuh dan seluruh keluargaku dibungkam habis-habisan?
SESEORANG:
Tigapuluh
tahun yang lalu?
MUNIR:
Ya tiga
puluh tahun. Kenapa kamu baru membuka pintu sekarang setelah mereka membunuhku
dengan keji. Setelah sekarang aku menjadi tulang belulang. Anak istriku tidak
bisa lagi bercanda denganku. Kenapa kamu baru menyahut setelah aku musnah
ditelan oleh kebengisan sejarah? Kenapa? Kenapa! Ke mana saja kamu selama 30
tahun ini? Apa kamu tidak punya telinga, tidak punya perasaan atau tidak punya
nyali Indonesia?
MENJAUH
SUARANYA SEMAKIN TIDAK JELAS. LAYAR MEMBELIT SESEORANG
SESEORANG:
Ya Tuhan aku
tidak tahu! Ke mana saja aku selama tigapuluh tahun ini. Kenapa aku tidak bisa
mendengar. Kenapa aku tidak bisa melihat. Kenapa aku mendem. Mungkin aku
terlalu sibuk bekerja
MUNIR:
Brengsek!
Itu bukan alasan! Selamat tinggal Indonesia!
SESEORANG:
Hee, heeee!
Kembali, kembali!
(MENGAMBIL
TEPI LAYAR DI BAGIAN TENGAHDAN KEMUDIAN MENARIKNYA SAMPAI KE BIBIR PANGGUNG
SAMBIL BERTERIAK MEMANGGIL)
kembali! Aku
dengar kamu Aku lihat kamu sekarang! Jangan pergi. Aku dengar apa yang akan
kamu katakan! Aku akan tolong kamu, jangan pergi!
MUNIR TELAH
KABUR. LAMPU DI KOLONG PANGGUNGMENYHALA. NAMPAK TUBUH MARSINAH TERKAPAR.
KEMUDIAN TERDENGAR SUARA TELEPON. KRINGGGGGG. SESEORANG ITU LALU BINGUNG
MENCARI TELEPON. BEBERAPA ORANG BERLARIAN KEBINGUNGAN. SESEORANG PANIK MENCARI
TELEPON YANG TERUS MEMEKIK-MEKIK. AKHIRNYA ADA YANG MEMBERIKAN GAGANG TELEPON
RAKSASA. SESEORANG MENJAWAB TELEPON RAKSASA ITU
SESEORANG:
Hallo
MARSINAH
BANGKIT DENGAN SUSAH-PAYAH MUNCUL DARI BAGIAN BAWAH PANGGUNG MEMAKAI PAKAIAN
HITAM-HITAM. IA BERBICARA KE ARAH PENONTON.
SESEORANG:
Hallo. Ini
siapa? Siapa ini?
MARSINAH:
Ini aku Mas
SESEORANG:
Aku siapa?
MARSINAH:
Aku bojomu.
DALANG
KEMBALI INTERVENSI
DALANG:
(NYELETUK)
Nah lhu!
SESEORANG:
Kamu?
MARSINAH:
Ya
SESEORANG:
Kamu Nirmala
Bonar?
MARSINAH:
Bukan.
SESEORANG:
Siapa?
DALANG:
Yang satunya
lagi kali. Yang nomor sembilan.
SESEORANG:
Kamu
Khaerusina?
MARSINAH:
Bukan Mas
PW:
Siapa dong?
DALANG:
Bagaimana
kalau diurut dari yang nomor satu.
SESEORANG:
Siapa kamu?
Siapa?
MARSINAH:
Aku Marsinah
Mas.
DALANG:
(nyambar)
Wee Marsinah, kok masih hidup juga.
SESEORANG:
Marsinah?
MARSINAH:
Ya Mas.
SESEORANG:
Marsinah
buruh pabrik yang dibunuh waktu memperjuangkan nasib kaumnya itu?
MARSINAH:
Bukan. Aku
Marsinah yang lain.
SESEORANG:
Emang ada
berapa orang Marsinah.
MARSINAH:
Banyak
sekali Mas. Aku hanya salah satunya.
SESEORANG:
Kamu juga
buruh pabrik.
MARSINAH:
Bukan Mas.
Bukan hanya buruh pabrik yang menderita. Semua perempuan juga menderita Mas.
Aku ini ibu rumah tangga. Tapi aku juga berjuang seperti laki-laki Mas, hanya
saja tidak kelihatan karena tempatku hanya di dapur dan tempat tidur. Kalau
bukan aku, siapa yang mengurus duabelas anak yang pati-crecel tiap tahun
membutuhkan pendidikan itu. Karena mereka bukan hanya perlu makan tapi
pendidikan. Kalau dibiarkan, pasti televisi, film, buku-buku cabul dan narkoba
itu berkuasa, semuanya akan menjadi bandit seperti bapaknya.
SESEORANG:
Bapaknya
bandit?
DALANG:
Bukannya dia
wakil rakyat?
MARSINAH:
Itu dia. Aku
gerah Mas. Aku kira aku mengabdi, setia sampai mati, tak peduli dimadu dan
disakiti, karena suamiku berbakti kepada negara. Para pahlawan yang berjuang
kan perlu hiburan. Siapa lagi yang harus menyayanginya kalau bukan istri. Eh
nggak tahunya, pengorbanan dan kesetiaanku malah disalahdunakan. Dia pikir itu
semua memang kewajiban perempuan. Tiba-tiba aku diusir Mas. Aku nggak mau,
karena aku tak sampai hati melihat anak-anak jadi tak punya ibu-bapa. Jadi aku
bertahan, bukan untuk aku sendiri, tapi anak-anak.
DALANG:
Makanya
jangan jadi orang bodo! Terus?
SESEORANG:
Hee, siapa
itu, jangan ganggu terus. Ini ada interlokal.
MARSINAH:
Terus dia
menyewa pembunuh bayaran Mas. Malam-malam aku disuruh ke Bogor menyelamatkan
dokumen rahasia. Tapi di jalan tol aku ditarik keluar lalu rame-rame digagahi.
Termasuk sopir taksi jahanam itu malah naik dua kali. Aku melawan tapi kemudian
aku dipukuli sampai hancur. Tubuhku dilemparkan ke tengah jalan, lalu sebuah
truk kontainer menabrakku sampai gepeng ke atas tanah. Mereka masih sempat
merokok mengawasi kalau-kalau aku bergerak-gerak lagi. Setelah itu mereka
bagi-bagi uang lalu pergi.
SESEORANG:
Jadi kamu
dibunuh.
MARSINAH:
Ya. Tubuhku
sudah dingin dan gepeng lima jam yang lalu. Tak ada yang peduli. Karena apa
artinya seorang perempuan kalau wajahnya sudah tidak karuan lagi. Tolong Mas.
Tolong aku Mas. Tolong Mas! (MENJERIT DAN KEMUDIAN JATUH BERLUTUT)
SESEORANG
MENCOBA MENOLONGNYA, TETAPI MEREKA BAGAI DUA SOSOK DI DUNIA YANG BERBEDA. TAK
TERJADI PERSENTUHAN.
SESEORANG:
Halloo….
Haloooo!! Bertahan, bertahan Marsinah! Aku datang! Aku akan datang. Bertahan!
MARSINAH
MENJERIT. SESEORANG KEBINGUNGAN, MAU MENOLONG TAPI TIDAK TAHU BAGAIMANA
CARANYA. IA MEMUKUL-MUKULKAN TELEPON RAKSASA ITU KE LANTAI. SEPERTI HENDAK
MENGUSIR MALAPETAKA ITU. MARSINAH MENANGIS DAN MENJERIT.
SESEORANG:
Bertahan!
Bertahan!
TIBA-TIBA
TERDENGAR JERIT KERAS PEREMPUAN YANG LEBIH KERAS DARI DALAM LAYAR. LAYAR
BERGOLAK. KEMUDIAN DARI DALAM LAYAR
MENEROBOS KELUAR SOSOK PEREMPUAN. IA MEMAKAI PAKAIAN PUTIH-PUTIH DIKEJAR OLEH
SEROMBONGAN LAKI-LAKI YANG HENDAK MEMPERKOSANYA. SELANJUTNYA KITA SEBUT IA
KORBAN. KORBAN TERJATUH. PARA LELAKI ITU HENDAK MENYERGAPNYA. MARSINAH BERDIRI
DAN MENARIK PEREMPUAN ITU AGAR BISA MENYELAMATKAN DIRI. TETAPI PARA LELAKI ITU
KEMUDIAN MERINGKUS KEDUANYA. DALANG MUNCUL DAN MENARIK MARSINAH DARI SEKAPAN.
MARSINAH DITARIK DAN DIUNGSIKAN. SESEORANG IKUT MEMBANTU DALANG MENGUSIR PARA
PEMERKOSA ITU. PARA LELAKI ITU BERHASIL DIUSIR. TINGGAL PEREMPUAN ITU TERKAPAR
TAK BERDAYA DENGAN TANGISNYA. KETIKA DALANG MENDEKAT HENDAK MEMERIKSA, IA
MENJERIT. DALANG TETRPAKSA MENJAUH.
DALANG:
Tidak,
tidak, aku tidak akan memperkosa, aku diabet kok.
KORBAN TERUS
MENANGIS DAN MERANGKAK KE BELAKANG DENGAN KETAKUTAN SAMBIL MENUNJUK-NUNJUK
DALANG. MARSINAH MUNCUL DARI BELAKANG LAYAR MEMBANTU KORBAN ITU BERDIRI.
DALANG:
Inilah
kenyataan di depan mata kita sekarang setiap hari. Kaum perempuan disiksa
ditindas dijahanami. Keadilan diinjak-injak atas nama kebenaran. Tapi waktu
kita bertindak mau menolong, malah kita yang dituduh sebagai biang kerok.
Bingung aku sekarang. Coba pikir
JENDRAL MUNCUL
MEMBERIN ISYARAT AGAR DALANG PERGI. TAPI DIA TERUS BICARA.
DALANG:
Sebentar-sebentar
aku lagi curhat ini. Begitu lho selalu, kita yang bermaksud baik-maik malah
dituduh sebagai
JENDRAL
MENEDEKATI DALANG DAN BERBISIK.
JENDRAL:
Maaf Pak,
ini dramanya sudah mulai, Bapak jangan ngerecokin terus
DALANG
TERKEJUT
DALANG:
Lho ini
drama to?
JENDRAL:
Iya! Memang
apa?
DALANG:
Kok nggak
kerasa ya?
JENDRAL:
Lho itu
lihat lampu-lampunya, itu yang pada duduk di situ (MENUNJUK) penonton semuanya.
Ayo nanti dimarahin orang banyak.
DALANG:
Lha ini
perempuannya masih nangis
JENDRAL:
Udah biarin
aja, itu kan akting!
DALANG:
Jadi kita
sedang ada dalam drama?
JENDRAL:
Lho iya kan?
DALANG:
Nanggung ah!
Saudara-saudara kita sudah di puncaknya,
belum lagi deraan tsunami yang menghamtam ujung utara pulau Simatera,
JENDRAL:
Ah Dalang
goblok! Tak potong sekali lagi baru tahu rasa! (JENDRAL NGOBOK DAN MENYERET
DALANG KELUAR DARI AREN PERMAINAN)
EMPAT
BAGIAN
VISUAL
KORBAN SUDAH BERDIRI DI DEPAN LAYAR. IA MEMAKAI
MAHKOTA. SINAR PUTIH SLIDE KOSONG DARI DEPAN MENIMPA WAJAHNYA. IA MEM IKUL
SEBUAH GULUNGAN PUTIH. DI BELAKANG KORBAN ADA
MARSINAH BAGAIKAN-BAYANG-BAYANGNYA MEMBANTU GERAKAN-GERAKANNYA. KORBAN BERGERAK PERLAHAN-LAHAN KE DEPAN
MENYONGSONG KEHIDUPAN DENGAN SELURUH BEBAN YANG SUDAH MENDERA HIDUPNYA DIKUNTUT
OLEH BAYANG-BAYANG MARSINAH.
LAMPU ULTRA
MENYALA MENIMPA BAGIAN ATAS LAYAR. LAYAR BERGERAK-GERAK LAGI. DARI ARAH LAMPU
SLIDE, PARA LELAKI YANG TADI MEMPERKOSA MUNCUL. DI LAYAR BESAR NAMPAK BAYANG-BAYANG
PARA LELAKI ITU MENDEKATI SOSOK PEREMPUAN.
- SOSOK PEREMPUAN MENGANTAR PARA LELAKI KEPADA PERSOALAN. MEREKA MENEMUKAN SEGULUNGAN TALI BESAR.
- SAL:AH SEORANG MENJADI PEMIM PIN DAN BERUSAHA UNTUK MENGAM BIL P{IM PINAN/TANGGUNGJAWAB TERHADAP TALI. TAPID IA SENDIRI DIBELIT TALI.
- TOKOH PEREMPUAN MENGHIBUR, MENJEBLOSKAN, MENDORONG AGAR PEMIMPIN TERUS BERJUANTG DNEGAN TALI.
- ORANG BANYAK MENOLONG PEM IM:PIN KELUAR DARI BELITAN TALI, TAPI SEKALIGUS JUGA HENDAK MEMBERANGUSNYA.
- PEMIMPIN TERBELIT TALI. BANDOT, BONEKA BESAR MULAI BERGERAK DIHIDUPKAN OLEH SEMUA ORANG, LALU MENYAPA PEMIMPIN DAN MENDERANYA,
- PEMIM PIN NASUK DALAM PERMIANAN YANG DUBUAT OLEH BANDOT. DIA BERFUSAHA MELEPASKAN DAN MEMBEBASKAN DIRI. BANDOT BERHASIL DITUSUKNYA.
- BANDOT HANYA PURA0PURA MENYERAH, BEGITU LENGAH BERSAMA TOKOH PEREMPUAN DIA MENGHAJAR PEMIMPIN. PEMIMPIN BERHASIL DITUMBANGKAN.
- BANDOT KONTAK BADAN DENGAN PEREMPUAN. TAPI PEREMNPUAN KEMUDIAN MERINGKUS BANDOT.
- BANDOT NGAMUK TAPI BERHASIL DIJINAKKAN OLEH SALAH SEORANG, LALU DIBARINGKAN DI PANGKUAN PEREMPUAN/KORBAN. PEREMPUAN MENGELUS BANDOT SUPAYA TENANG TIDUR DI PANGKUANNYA.
LAYAR BERSAR
BERGERAK-GERAK...
LIMA
ESEI KORUPSI
SAM BIL
MEMANGKU KEPALA BANDOT, KORBAN MENANGIS. DALANG KELUAR MEMERANKAN PERAN SEORANG
KORUPTOR DENGAN MENYERET PULUHAN KOTAK-KOTAK DARI SAMPING PANGGUNG. DARI BAWAH
PANGGUNG, SESEORANG JUGA IKUT MELEMPARKAN KOTAK-KOTAK KE PANGGUNG. DALANG
MENYUSUN KOTAK-KOTAK ITU MENJADI SEPERTI PIRAMID. KOTAK-KOTAK TERUS
DILEMPARKAN.
DALANG:
Cukup,
cukup, ini sudah lebih untuk tujuh turunan !
KEMUDIAN
BERBICARA KE PADA PENONTON, KONTAK LANGSUNG DAN MEMBAWAKAN ESEI KORUPSI.
DALANG:
Terimakasih
korupsi. Aku begitu mencintaimu. Kau adalah bagian dari takdirku. Hidupku tak
akan terang-benderang dengan puluhan rembulan, tanpa korupsi. Siangku tidak
akan sejuk walau matahari mengigit dengan ganas di seluruh permukaan bumi,
tanpa pertolonganmu Kau adalah badai perubahan yang paling radikal, yang
menyelamatkan kecoak bengek ini, tampil bergengsi sebagai manusia kelas satu.
KORBAN
MENANGISN TERISAK-ISAK. DALANG MENDEKATI.
DALANG:
Ada apa
sayang? Untuk apa menangis.Aku berhasil merebut jabatan, kehormatan, harga diri
dan kini kapling penting di dalam buku sejarah yang sudah menunggu, tak sabar
untuk mengukir namaku dengan tinta emas. Aku akan abadi bersama para pemenang
hadiah nobel dan tonggak-tonggak sejarah seperti Lodewijk ke XIV dengan Maria
Antaoinette yang dipancung dalam Revolusi Prancis. Untuk itu aku ingin
mewariskan sebuah buku putih guna menuntun generasi muda memenangkan masa depan
yang akan dipajang sebagai best seller di hampir semua toko buku di seluruh
kawasan Nusantara.
KORBAN
MENANGIS SEMAKIN KERAS.
DALANG:
Tangis
bombai itu perlu, karena hanya dengan menangis kita lantas bisa menikmati apa
arti ketawa. Ha-ha-ha, kenapa aku tertawa? Aku tertawa, karena hukum tak
sanggup merobek kulit perutku agar melihat seluruh tahiku. Para penegak
keadilan hanya berkicau, kacau oleh khayalan-khayalan mereka sendiri. Semua
megap-megap, mengapung-apung bingung antara harapan mereka dan kenyataan di
dalam realita. Imajinasi mereka terkecoh menubruk lubang hitam lalu rancu
antara prasangka dan fakta yang sudah
bersalsa ria dengan gila. Mereka hanya bersenjata slogan-slogan ompong.
MUNCUL
JENDRAL MENGGEBRAK.
JENDRAL:
Nah ini dia
biang korupsinya. Koruptor tengik! Kutil! Lintah masyarakat! Tangkap orang ini.
Dia sudah makan uang rakyat. Seret ke kelapngan tembak, langsung eksekusi
sampai mati, supaya rakyat bebas dari korupsi! Sita harta berdanya!
AJUDANNYA
MUNCUL LANGSUNG MENGANGKUT KARDUS-KARDUS ITU. MEREKA SIAP HENDAK MEMBAWANYA
PERGI. TAPI KEMUDIAN DALANG MENYERAKKAN DUIT KE ARAHNYA. BEGITU DISIRAM DUIT
KEDUANYA TERTEGUN. JENDRAL MENGELUARKAN PERINTA BARU.
JENDRAL:
Oke, tenang,
sabar, tunggu dulu kita tidak boleh
buru-buru. Menuduh tanpa punya bukti itu fitnah. Ini negara hukum tidak bisa
main hakim sendiri. Demokrasi tidak bisa tumbuh tanpa hak azasi! Ayo cari
bukti! (PERGI SAMBIL NGANTONGIN DUIT)
DALANG:
(KETAWA)
Yang mereka
lakukan hanya menghujat dan onani. Tak seorang pun yang berhasil mengumpulkan
bukti. Mereka hanya penyanyi-penyanyi
seriosa yang membuka mulut lebar-lebar sambil menutup mata sementara telinga
buntet. Tak sadar lalat sudah ribuan masuk ke dalam perut mereka sendiri.
Mereka bersemadi dan lupa diri, tak tahu apa yang mesti lebih dahulu
diperbaiki kalau ingin membuat hidup
sejati. Pada dasarnya mereka semua sudah lari sehingga kita tidak perlu
susah-payah memenangkan perang karena mereka sudah bunuh diri.
SESEORANG
MUNCUL DAN MARAH
SESEORANG:
Siapa bilang
semua sudah lari? Aku tidak lari. Aku tetap ada di sini untuk mempertahankan
keadilan dan kebenaran sampai titik darah yang penghabisan!
Keadilan dan
kebenaran ramai dibicarakan untuk ditegakkan, tetapi semua itu selalu berakhir
sebagai eforia gila-gilaan. Di ujung-ujungnya semua orang mabok dan menyangka
sudah sampai ke tujuan. Bahkan waktu mendusin pun, mereka tetap masih percaya
bahwa mereka sudah mengubah sejarah, lalu minta persen atas seluruh
jerih-payah. Kursi diperebutkan, karena jabatan berarti kekuasaan. Kekuasaan
berarti jaminan kemapanan. Kemapanan jelas adalah kunci kemakmuran untuk
keturunan mereka tujuh turunan.
Tai kucing! Memang brengsek! Tetapi
puji syukur kepada Tuhan Seru Sekalian Alam, karena di atas semua itulah
korupsi memberiku tahta, sehingga jalan menjadi licin. Tak perlu mengeluarkan
keringat, cukup menaburkan bayang-bayang uang, maka semua tembok pertahanan
kontan jebol. Semua departemen termasuk Departemen Agama sudah menjadi sarang.
Lembaga-lembaga terhormat sampai kepada KPU kita jadikan sekutu. Para pemimpin
dari tingkat kutu sampai orang nomor satu, sudah dibina agar percaya bahwa
korupsi, sayangku, kau bukan untuk manusia sembarangan.
Untuk mampu
korupsi tak memerlukan bakat tapi ketrampilan, kegesitan, pelatihan, kejelian,
keberanian, kecerdasan dan dignity. Kau bukan makanan orang bodoh. Kau
memerlukan manusia berkelas yang terpilih. Kau adalah sebuah kiat, sebuah
upaya, kelihaian, keberanian, perhitungan, kejelian. Korupsi bukan manusia,
bukan mahluk, bukan benda kasat mata yang bisa dihabisi dengan bazooka. Kau tak
kelihatan, kau tidak mungkin ditangkap dan dimatikan. Kau berada di dalam lubuk
hati dan pikiran seperti sebuah idiologi dan keyakinan. Kau sebuah ilmu khusus
dan dengan satu kata korupsi adalah adalah sebuah kreasi.
Biar seribu
peraturan dikeluarkan. Biar sejuta lembaga pemangkas diciptakan. Biar
pasukan-pasukan dari segala unsur dengan Kepala Negara sebagai panglima yang
langsung memegang picu senjata, diancamkan. Tak perlu gentar. Biar ratusan,
ribuan bahkan jutaan di antara kita diseret ke pengadilan, dijatuhi sanksi keji
bahkan dieksekusi tembak mati, kita tidak akan menyerah apalagi kalah. Tanpa
transformasi budaya yang dimulai dengan genjotan pendidikan humaniora dari
tingkat TK, kita akan tetap ada, berkuasa dan adijaya. Patah tumbuh hilang
tambah sulit diganyang. Habis gelap kita tambah mantap.
Yaaaaak.
Biarkan mereka semua berteriak-teriak histeris, bahwa korupsi bukan budaya
tetapi hanya perilaku sesat oknum. Biarkan mereka bunuh diri dengan menghibur
diri sekaligus menutupi kecurangan sendiri, bahwa korupsi adalah kekhilafan
dari orang-orang yang teler karena salah membuat interpretasi. Biarkan mereka
terus berkoar bahwa korupsi adalah kesesatan dari orang-orang lemah yang hilang
akal dan terkecoh setan memilih jalan pintas. Biar mereka yakin, kita adalah
orang-orang bodoh, karena justru di atas keterkecohan mereka kita lebih cepat
merebut kembali tahta.
Biarkan mereka tertawa lebar seperti
Niwatakawaca. Memproklamirkan bahwa sebagian besar manusia jiwanya masih luhur,
moralnya masih utuh. Karena itu akan tambah mendekatkan mereka pada keruntuhan.
Ketika mabok menang mereka pasti akan alpa dan menggali liang lahatnya sendiri.
JENDRAL
MUNCUL KEMBALI DENGAN AJUDANNYA MEMBAWA SEABREK BUKTI.
JENDRAL:
(MENGGEBRAK DAN
MAU BICARA KASAT) Nah ini dia ……………
(LANGSUNG DIHUJANI DENGAN SERAKAN DUIT SEHINGGA KONTAN TIDAK BISA BICARA
DAN LANGSUNG MENGJAKA AJUDANNYA PERGI) Oke, tenang, sabar, tunggu dulu kita tidak boleh buru-buru.
Menuduh tanpa punya bukti itu fitnah. Ini negara hukum tidak bisa main hakim
sendiri. Demokrasi tidak bisa tumbuh tanpa hak azasi! Ayo cari bukti! (PERGI
SAMBIL NGANTONGIN DUIT)
DALANG:
(KETAWA)
Ternyata duit tetap- kuasa! Lihat bagaimana para wartawan jatuh-bangun
menguberku setiap hari melebihi selebriti. Di semua koran nasional apalagi
lokal gambarku dipajang di halaman pertama. Akulah head line setiap minggu
seperti lagu-lagu The Beatles di era 60-an yang selalu di puncak tangga lagu.
Aku adalah idola. Televisi tidak tidak akan ditonton tanpa memejeng senyumanku
yang meyakinkan bahwa negara sudah melakukan kesesatan mendakwa, karena yang
salah sebenarnya orang lain. Aku hanya pecundang yang dikorbankan.
Takut, cemas, was-was sudah jadi
perasaan kuno Anak-istriku tidak perlu malu pada perbuatanku, karena kemaluan
mereka sudah tertutup oleh keberlimpahan, rumah, tanah, mobil, duit dan segala
kemudahan yang hanya menjadi mimpi-mimpi indah orang lain. Dan lebih dari itu,
bagaimana mungkin keadilan, kebenaran, kesucian, kesempurnaan, kelayakan akan mampu
muncul begitu monumental, kalau bukan karena kehadiranku. Itu semua jasa
korupsi. Hanya hitam yang akan mampu membuat putih menjadi lebih putih. Hanya
korupsi yang akan membuat orang kembali rindu kepada hari yang bersih. Hanya
kejahatan yang telah berjasa menegakkan kebajikan dengan begitu perkasa, lebih
dari segala-gala.
JENDRAL
MUNCUL DANMMENGULANGI DENGAN KERAS APA YANG DIKATAKAN DALANG
JENDRAL:
Hanya hitam
yang akan mampu membuat putih menjadi lebih putih. Hanya korupsi yang akan
membuat orang kembali rindu kepada hari yang bersih. Hanya kejahatan yang telah
berjasa menegakkan kebajikan dengan begitu perkasa, lebih dari segala-gala.
DALANG
KETAWA NGAKAK
DALANG:
Jadi inilah suaraku saudara,
kesaksianku, provokasiku, doktrinku, semoga tetap tercatat dalam sejarah, di
lubuk nurani setiap orang. Hanya kebejatan yang akan mampu menyucikan noda-noda
yang belepotan di Indonesia. Hanya korupsi yang akan membuat bangsa dan negeri
ini bangkit kembali untuk meyakini bahwa kebajikan, agama, hukum, kepatutan,
kelayakan, keadilan dan kebenaran sudah diterbengkalaikan dengan sangat biadab.
Karena itulah, hari ini mari semuanya mensyukuri korupsi.
Horas korupsi! Mari semuanya
korupsi!
PADA AKHIR
DARI MONOLOG KORUPSI, DALANG DITELAH OLEH LAYAR.
LIMA
LAYAR
BERGERAK MAJU KE DEPAN DAN HENDAK MENELAN BANDOT. SEBUAH SOSOK MENYELINAP
KELUAR DARI BAWAH LAYAR, LALU MENGHIDUPKAN KEMBALI BANDOT. BONEKA BESAR ITU
MENGAMUK MENYAPU KARDUS-KARDUS ITU KE BAWAH KOLONG. LAYAR MEMBENTUK LORONG DAN
MENELAN BANDOT. SELANJUTNYA PERMAINAN BAYANGAN BANDOT DI LAYAR BESAR YANG
DIHAJAR OLEH BAYANG-BAYANG RAKSASA.
BANDOT GUGUR KEMUDIAN KELUAR LAGI DIGORONG BERSAMA-SAMA.
SESEORANG
MUNCUL KEMBALI DAN MENGELU-ELUKAN BANDOT YANG DIGOTONG. IA MEMEGANG KEPALA
BANDOT DAN IKUT MEMBOPONGNYA KEMUDIAN MENGUCAPKAN DUKA.
SESEORANG:
Seorang
Jendral telah meninggal di dalam pertempuran. Seluruh barisan kontan berhenti
bergerak. Para prajutit tak punya semangat lagi untuk meneruskan perjuangan.
Semangat mereka mati angin. Semuanya lemas, tak mampu bergerak lagi seakan-akan
nyawa mereka sendiri yang tertebas. Seluruh perjuangan lumpuh oleh duka yang
maha dalam. Semuanya merintih. Tuhan Seru Sekalian Alam, mengapa Kau ambil jiwa
yang sudah memimpin kami berjuang menghadapi segala macam bencana ini. Tidak
cukupkah darah kami mengalir untuk membasahi bumi ini agar kami bisa keluar
drai kemelut yang tidak habis-habisnya ini. Mengapa Kau terfus saja membangun
pyramid mayat dan menyengsarakan kami yang telah ratusan tahun ditindas. Kau
biarkan kami diadu-domba, difitnah, dipecah-belah dan diburu seperti binatang.
Kami buarkan kami bunuh-buhan sendiri. Wabah penyakit, bencana alam, bom
dan tsunami Kau biarkan saja menusuk
seluruwajah kami sehingga perempuan, anak-anak kecil, orang-orang tua yang tak
berdosa mengambang kaku dan busuk di depan mata kami setiap hari. Dan Kau
selalu bilang bahwa itu adalah pengorbanan, perjuangan tidak boleh putus oleh
kekalahan, demi masa depan yang gemah ripah loh jinawai. Kalau memang benar
masa depan itu ada dan akan Kau berikan tidak saja kepada mereka yang adijaya
itu, tetapi juga kami yang sudah lama pantas menerimanya, kami mau itu terjadi
bukan nanti, bukan nanti di dalam mimpi=-m imp[I terus, tetapi sekarang. Bukan
hanya anak-cucu, kami juga berhak menikmaytinya sekarang. Bukan nanti tepai
sekarang, sekarang, sekarang!
SEMUANYA
IKUT MENGAUM,.
SEMUA:
Sekarang!
Sekarang! Sekarang!
TERDENGAR
SUARA DENTUMAN KERAS. JENDRAL DAN AJUDANNYA MUNCUL. IA MENGULANGI LAGI APA YANG DIKATAKANNYA .
JENDRAL:
Brengsek!
Konyol! Pemalas! Bodo kebo! Dasar pribumi! Gelo sia! (BERLARI MENDEKATI LAYAR
SAMBIL MEMUKUL DENGAN PECUTNYA) Begitu saja tidak becus! Mengangkat kardus
seperti mengangkat langit. Semprul! Ayo jangan
digondeli. Kerja bukan cari untung! Angkat! Dasar budak! Gotong-royong!
Maunya kok menelan. Dasar kemaruk! Otak udang! Angkat bangsat! Kuntilanak.
(MEMAKI-MAKI KOTOR)
(KEPADA
PENONTON)
Lihat
sendiri ini negeri kacau. Manusia-manusia tidak memenuhi syarat. Begini mau
merdeka? Berdiri saja tidak bisa. Ini mau mendirikan negara Tahi kerbau! Nggak
usah merdeka, belajar jadi budak dulu!
SESEORANG
DAN YANG LAIN-LAIN TERKEJUT. MEREKA BERHENTI MENJERIT, LALU MEMANDANGI JENDRAL
DAN AJUDANNYA DENGANN TAKJUB, SEAKAN-AKAN TAK PERCAYA APA YANG DILIHATNYA.
SESEORANG:
Jendral!
JENDRAL
BERHENTI BICARA DAN MENOLEH
SESEOREANG:
(GEMBIRA
SEKALI) Jendral!
SEMUA:
Jendral!
JENDRAL:
Apa?
SESEORANG:
Jendral!
Jendral hidup lagi? Jendtral tidak jadi mati?
JENDRAL:
Aku bukan
Jendral
SESEORANG:
Suaramu
suara Jendral. Kumismu kumis Jendral. Kata-katamu kata-kata seorang jendral. Ya
Tuhan Jendral hidup lagi.!
JENDRAL:
Siapa bilang
aku mati?
SESEORANG:
(BERTERIAK)
Ya Tuhan! Terimakasih! Ternyata Jendral maih hidup. Jendral masih di sini!
Pemimpin kita sudah kembali! Jangan tinggalkan kami Jendral! Kembali Jendral!
SEMUA:
(BERTERIAK
GEMBIRA) Jendral!
JENDRAL:
Edan ! Aku
bukan Jendral!
SESEORANG:
Ya Tuhan,
terimakasih! Jendral! Aku tahu kau tidak pernah pergi, kau tidak mungkin
berkhianat! Pimpin kami lagi Jendral, berikan petunjuk-petunjukmu! Jendral!
SESEORANG
LANGSUNG MELOMPAT DAN BERGERAK MENDEKATI JENDRAL UNTUK MEMELUK KAKINYA.
JENDRAL:
Aku bukan
Jendral!
JENDRAL
BERSAMA AJUDANNYA LARI KE ARAH YANG LAIN. TETAPI ORANG-ORANG ITU SEGERA
MENCEGATNYA.
SEMUA:
Jendral!
JENDRAL
BERBALIK HENDAK LARI. TAPI SEMUANYA MENANGKAP. JENDRAL DAN AJUDANNYA BERTERIAK.
JENDRAL:
Aku
bukan Jendral!
SEMUA:
Jendral!
SEMUA
MEMELUK, MENYEMBAH, MENJILAT PANTAT JENDRAL.
JENDRAL:
Jangan
menjilat pantatku! Aduh ini menggigit!
DENGAN
SEKUAT TENAGA JENDRAL DAN AJUDAN NYA AKHIRNYA
BERHASIL MELARIKAN DIRI. SEMUANYA MAU MENGUBER, TAPI JENDRAL
MENGACUNGKAN SENJATA.
JENDRAL:
Gila! Sudah,
sudah, sudah! Brengsek! Memangnya aku homo dijilat-kilat. Kalau mau jilat jilat
es lilinmu sendiri jangan jilat es lilinku. He! Awas, kalau berani mendekat aku
tembak! Aku tembak mati kalau ada yang berani,tidak peduli siapa kamu!
(BERBISIK PADA AJUDANNYA) Pelurunya masih ada kan?
AJUDAN:
Jangan
keras-keras jendral nanti kedengaran.
JENDRAL:
Ingat tidak
ada lagi yang main jilat-jilaatan. Ini
prinsip tahu?! Kalau membangkang aku tembak kepala kamu semua sampai pecah.
SESEORANG:
Jangan
Jendral, jangan tinggalkan kami jendral,
kami semua mencintamu!
JENDRAL:
Cinta apa!
AJUDAN:
Kalau cinta
kok pakai menggigit. Gigit barang elhu sendiri jangan barang gua!
SESEORANG:
Bu,kan hanya barang dan es lilimu yang akan kami
jilat, batok kepalamu yang gundul itu kalau perlu akan kami emut. Tapi Jendral
tidak mati bukan?
JENDRAL:
Siapa bilang
aku mati.
SESEORANG:
Alhamdulilah,
jadi betul. Kalau seorang jendral meninggal, berarti hanya jasadnya yang
lenyap. Kematianmu, bukanlah kehilangan Jendral, tetapi Karunia. Tubuhmu
boleh hancur lebur menjadi tanah, tetapi
kata-katamu, seluruh perintahmu tetap hidup bahkan semakin berkorban justru ketika
kamu tidak hadir lagi bersama kami untuk mengangkat meriam yang semakin hari
semakin berat ini, jiwamu, tenagamu, semangatmu, bertambah bergelora di jantung
prajurit-prajuritmu yang brengsek ini! Setelah kau mati, kau lahir kembali
setiap detik dalam sanubari kami. Sekarang setiap orang adalah jendral!
SEMUA:
Jendral!
JENDRAL:
Bangsat! Aku
bukan jendral!
SESEORANG:
Semakin kamu
mengaku bukan Jendral, semakin kamu adalah Jendral
SEMUA:
Jendral!
JENDRAL:
Diam!
(KEPADA AJUDANNYA) Apa betul aku Jendral?
AJUDAN:
Ya sudah,
kalau mereka maunya begitu, Jendral? Inggat fasilitasnya.
JENDRAL:
Edan. Kenapa
aku baru tahu aku aku ini Jendral
SESEORANG
Jendral!
JENDRAL:
Jadi aku
Jendral?
SESEORANG:
Betul!
JENDRAL:
Kalau begitu
aku boleh dapat fasilitas dong seperti Wakil-Wakil Rakyat itu dong?
SESEORANG:
Itu sudah
pasti.
JENDRAL:
Rumah mewah?
SESEORANG:
O gampang!
Rumah mewah, mobil mewah, duit
AJUDAN:
Kawain lagi
SESEORANG
Boleh! Kawin
setiap hari juga boleh!
JENDRAL:
Betul?
SESEORANG:
Betul tidak
para prajurit?
SEMUA:
Betul!
JENDRAL:
Konsesi
penebangan hutan ?
SESEORANG:
Ah itu ma
biasa diatur.
AJUDAN :
Study
banding ke luar negeri.
SESEORANG
Boleh setiap
bulan berikut anak-istri dijamin!
JENDRAL:
Jaminan
kesejahteraan seumur hidup?
SESEORANG:
Itu kecil!
JENDRAL:
Gaji naik?
SESEORANG:
Pasti! Tapi
itu tahun depan!
JENDRAL:
Mana, mana
buktinya?
SESEORANG:
Makanya
jangan hanya melihat ke depan, Jendral. Lihat juga ke belakang! ( JENDRAL DAN
AJUDAN MELIHAT KE BELAKANG. LAYAR BESAR DI BE:AKANG MEMBEMNTUK TEROWONGAN)
Ladys and Gentelman This is show times!
SUARA DRUM
GEMELETUK DAN KEMUDAN DENTUIMAN TERDENGAR SUARA SEORANG PENYANYI MEMBAWAKAN
LAGU BLUES. SEORANG PENYANYI KELUAR MEMBAWA GITAR SAMBIL MENYANYI, DIIRINGI OLEH
SEMBURAT
CAHAYA GEMERLAPAN. LALU PARA PEREMPUAN MALAM YANG BEROPERASI DI JALANAN DENGAN
PAKAIAN-PAKAIAN SERONOK. DI ANTARANYA TERMASUK MARSINAH, KORBAN DAN DALANG YANG
MEMAKAI ROK DAN WIG. PANGGUNG BERUBAH MENJADI SUASANA JALANAN MALAM. M EREKA MELENGGOK-LENGGOK MENGIKUTI SUARA
LAGU. JENDRAL DAN AJUDAN TAK BISA MENHAN DIRINYA LALU MENARI. SEMUANYA KEMUDIAN
IKUT MENARI-NARI TERMASUK SESEORANG).
SESEORANG:
(SESEORANG
MULA-MULA MEMANCING YANG LAIN SUPAYA IKUT MENARI, SETELAH SEMUANYA MENARI, IA
HANYA MENGGELENG-GELENGKAN MENYESALI) Lihat, lihat, di mana-mana di seantero
dunia selalu sama begini. Selalu mengaku berjuang, selalu mengaku suci, tetapi buktinya semuanya tidak
lebih dari kecoak-kecoak kelas teri. Apa
gunanya kotbah moral, pendidikan, kesantunan jiwa, agar anak2 itu menjadi
anak-anak bangsa di kemudian hari, kalau di belakang layar menghina kesucian
janji seperti ini. Mengapa malam-malam
begini, perempuan-perempuan itu masih gentayangan di jalanan. Mengapa mereka
tidak tinggal di dalam rumah bersama kita untguk merawat, mendidik dan
menidurkan anak-anak yang haus kasih-sayang. Mengapa mereka liar di jalanan mau
menyergap apa saja, seperti hewan-hewan yang lapar, mengapa mereka jadi biadab
DALANG :
(MELEMPAR
DAN MEMBEMNTGAK SESEORANG) He bangsat! Kamu ngerasani ya !
PEREMPUAN
Heii Tuhan,
kamu ngerasani aku ya !!!
SESEORANG :
Aku bukan
Tuhan!
PEREMPUAN:
Jangan
mungkir!
SESEORANG:
Lho betul,
aku bukan Tuhan!
DALANG:
Jangan
bohong ember!
PEREMPUAN-PEREMPUAN
ITU NGUMPUL DAN MELEMPARI SESEORANG.
SESEORANG:
Stop, setop,
setop! Sumpah aku bukan Tuhan, kalian salah alamat!
PEREMPUAN:
Ah brengsek!
(MELUDAH) Pakai mungkir segala. Tuhan kok bersilat lidah!
SESEORANG.
Sumpah aku bukan Tuhan!
Sumpah aku bukan Tuhan!
DALANG :
He.. he …..
awas jangan me3ngobral sumpah, nanti kamu kualat!
PEREMPUAN
(MARSINAH):
Hei..
Tuhan !! Aku tahu kau telah ngincer aku,
kau mau masukkan aku ke dalam daftar hitam orang yang bakal masuk neraka. Tapi
aku nggak takutttttt !!!!!!
PEREMPUAN
(KORBAN):
Aku juga
nggak peduli !!!
DALANG:
Istilah
takut itu sudah kuno! Ngapaian mesti takut! Mentang-mentang kamu Tuhan ?
SESEORANG :
Ya Tuhan,
aku bukan Tuhan !
DALANG :
Nan na na
mulai lagi! Mungkir ya? Tak kobok baru nyahok! Perempuan seperti kami nggak
bisa lagi bisa dikibulin, tahu? Nggak
mungkin. So what gitu lho!.
PEREMPUAN:
Opo meneh
aku, aku ora wedi, bajingan !
SESEORANG :
Tazpi aku
bukan Tuhan, jangan salah terus dong!.
DALANG :
Eh… ee …eeee
berani cipoa terus. Minta digigit ya. Gemes aku! (BERPIKIR LAGI DAN KEMUDIAN
BERBISIK KEPADA KAWANNYA)
Tapingomong-ngomong kalo dia
bener, kita dosa lho, kita bisa masuk
neraka betulan, direbus dalam air mendidih, seperti kepiting saos tiram dong.
Adihh ngeri aku!
PEREMPUAN:
Apalagi
kalau dimasukin ke kubangan lintah, mampus lho !
DALANG :
Wow aku bisa
stress, bisa-bisa menstruasi seminggu
sekali dong.
PEREMPUAN
(MARSINAH)
Tuhan! Kamu
tahu, apa sebab kami melakukan semua ini?Apa sebab kami jualan badan begini?
Apa boleh buat, t5ahu?!. Di rumahku ada 12 orang anak yang mulutnya nganga tiap
hari minta disumpel makanan.
PEREMPUAN
Di rumhku
ada 20 kepala yang semua menggantungkan isi perutnya kepada badanku ini,
tahu? Kalau ada yang menyentuh badanku
baru mereka makan. Jadi tiap malam
paling sedikit mesti ada 21 orang menjarah badanku, karena perutku juga
perlu makan! Bagaimana kalau sampai aku kena AIDS?
DALANG:
Dasar
laki-laki, semuanya anjing kurap.
PEREMUAN
He.. Tuhan
dengerin!
SESEORANG :
Aku bukan
Tuhan, aku bukan Tuhan!!
DALANG :
Diem! Kamu
ngerti nggak, yang kami butuhkan bukan hanya makanan 4 sehat 5 sempurna, tahu!
Kami perlu makanan batin, ngerti!
PEREMPUAN
(MARSINBAH):
Anak-anak itu semuanya perlu pendidikan, aku tak mau mereka menjadi kecoa jalanan, sama seperti orang tuanya. Tapi sekarang ini, harga pendidikan jauh lebih mahal dari harga kehormatan.
Anak-anak itu semuanya perlu pendidikan, aku tak mau mereka menjadi kecoa jalanan, sama seperti orang tuanya. Tapi sekarang ini, harga pendidikan jauh lebih mahal dari harga kehormatan.
DALANG :
He.. Tuhan,
kau sangka hidup kami ini enak ? Enak
?? Iya ??? Iya ?? Enak? Ya kadang-kadang memang enak
juga, tapi banyak kagaknya, tahu! Apalagi kalau sopir taksi itu datang minta
setengah lagi, waah… ambune itu lhoooo
!!
PEREMPUAN
(MARSINAH):
Tuhan
!! Kau pikir kalau kami tertawa, kami
betul-betultertawa? Itu keblinger! Hati kami diiris setiap kali kami tertawa,
karena kami nggak punya apa apa lagi untuk dijual , kecuali ……(KORBAN MEMBUKA
BAJU) ini!
PEREMPUAN:
Dan ini….
(MEMBUKA)
PEREMPUAN
Dan kalau
terpaksa ini…. ( MEMBUKA BAJU )
DALANG :
Tapi aku
nggak usah buka-bukaan kan?.
PEREMPUAN:
Buka aja!
(DALANG
MEMBUKA SUMPELAN BUAH DADANYA )
DALANG :
Tap[I ini
kan cuma bantal.
PERMPUAN
Aku jual
tubuh seperti ini bukan karena seneng, tapi karena kau biarkan mereka merenggut
nyawa suamiku yang sudah berjuang demi keadilan sepanjang hidupnya. Kenapa kau
biarkan orang-orang baik cepat mati sedanhgkan bandit-bandit tengik itu seenak
udelnya membunuh orang yang tidak bersalah ? Kenapa kau biarka mereka menang
dan berkuasa ? Kenapa kau sampai hati membiarkan putra-putriku yang aku
harapkan akan menjadi tiang rumah tangga kelaparan dan tak punya kesempatan.
Sebagian lagi hilang tak berbekas sampai sekarang tak tahu mesti ke mana aku
mencari. Kenapa Tuhan, kenapa agar kau biarkan para penguasa adijaya yang
biadab itu terus enak-enakan menduduki kursi singasana kekuasaan sepanjang
jaman. Apa kamu setuju mereka akan berkuasa sepanjang zaman?
PEREMPUAN
Aku muak!
PEREMPUAN
Mana
keadilan dan kebenaranmu? Kenapa kamu biarkan kami ditindas?
DALANG :
Tuhan, kenapa kau sampai hati menyuruh aku harus menjual ini !
Tuhan, kenapa kau sampai hati menyuruh aku harus menjual ini !
(DALANG NUNGGING MEMPERLIHATKAN PANTATNYA)
PEREMPUAN
Aku protes!
DALANG :
Kenapa kau
biarkan kami kehilangan mata sampai tidak punya alat untuk menangis lagi.
PEREMPUAN
Kami sudah tidak bisa melihat lagi. Semua sudah gelapppppp.
Kami sudah tidak bisa melihat lagi. Semua sudah gelapppppp.
DALANG:
Gelap!
PANGGUNG
MENDADAK GELAP. BANDOT YANG LEBIH BESAR MUNCUL PERLAHAN-LAHAN DARI BAWAH DAN
MELAYANG. PEREMPUAN ITU TERUS BICARA. YANG SATU KEMBALI MEN JADI KORBAN.M YTANG
SATU MENJADI MARSINAH. YANG SATU, DALANG, MENJADI DALANG KEMBALI> MARSINAH
KEMBALI MENGUCAPKAN DIALOG-DIALOGNYA. KORBAN MENGULANG DIALOGNYA. DAN DALANG
MENJADI BUNG KARNO. SEMENTARA ITU JENDRAL DAN AJUDANNYA KEMBALI BERKOAR SEPERTI
DI AWAL ADEGAN.
PANGGUNG
HIRUK-PIKUK, PENUH DENGAN SUARA, SERUAN, HUJATAN, PERINTAH DAN
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN. TERDENGAR LAGU JANGAN MENANGIS INDONESIA.
BANDOT YANG
PERTAMA KEMBALI MUNCUL. SEKARANG DI LEHERNYA BERGANTUNG BANDOT KECIL. IA TERUS
MENDEKATI BANDOT YANG LEBIH BESAR YANTG TERGANTUNG DI TENGAH PANGGUNG DAN
MEMELUK SERTA MENYABARKANNYA.
DI BELAKAN
LAYAR LAMPU MENYALA. NAMPAK BAYANG-BAYANG WAYANG RAKSASA, SERTA ORANG-ORANG
YANG SEDANG BERUSAHA UNTUK MENGANGKAT BEBAN YANG BERAT.
SESEORANG:
Negeri yang
telah merdeka, tumbuh menjadi kekuasaan lalim mendera warganya yang lemah,
hingga rakyat bertiwikrama, tetapi apa lacur kebablasan, negeri pun semakin
menggenaskan. Pemimpin tak malu aib, rakyat mabok kebebasan, iman keropos,
moral ngeletek, rupiah bangkrut dan hukum sekarang. Namun ngeh adalah harapan,
jangan menangis Indonesia.
DALANG:
Di dalam Indonesia
merdeka itu perjuangan kita harus berjalan terus, hanya lain coraknya. Nanti
kita, bersama-sama, sebagai bangsa yang bersatu-padu, berjuang terus
menyelenggarakan apa yang kita
cita-citakan ………. (TEPUK TANGAN RIUH)
KEADAAN
BERTAMBAH RIUH. SESEORANG MENGIBAS-NGIBASKAN BENDERA RAKSASA SEAKAN-AKAN HENDAK
MENGUSIR GEBALAU ITU. PROSES YANG RIUH, DAHSYAT DAN PENUH DENGAN KETIDAKTENTUAN
SEDANG BERLANGSUNG.
PERLAHAN-LAHAN
LAMPU PADAM, TETAPI SUARA-SUARA ITU TERUS SAJA BERTAMBAH RIUH DAN KEMUDIAN
SAYUP-SAYUP DAN LENYAP.
Jakarta, Cirendeu, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar